Hari Kartini Diperingati Tiap-tiap-tiap-tiap Tanggal 21 April.

From artserver wiki

Peringatan Hari berdasarkan kepada tanggal kelahiran pahlawan nasional perempuan, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini.

RA Kartini menjadi sosok yang kondang atas usulnya didalam mencetuskan emansipasi perempuan di Indonesia.

Pahlawan perempuan kelahiran Jepara ini terhitung menerbitkan karya yang familiar, yakni buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Untuk memperingati Hari Kartini, di bawah ini, tersedia 70 kutipan kata-kata bijak yang pernah dikemukakan RA Kartini.

Kata-kata arif tersebut berkenaan emansipasi perempuan, pendidikan, weight center pengorbanan, sampai cinta.

Baca juga: Hari Kartini 21 April: Berikut Sejarah sampai Biografi RA Kartini

Buku RA Kartini.

Berikut 70 kutipan kata-kata bijaksana RA Kartini, dirangkum dari buku Celoteh R.A. Kartini: 232 Ujaran Bijak sang Pejuang Emansipasi, weight center karya Ahmad Nurcholish:

1. "Seorang guru bukan cuma sebagai pengasah pikiran saja, melainkan terhitung pendidik budi pekerti."

2. "Tetapi apalah bermakna piawai didalam ilmu yang hendak diajar itu, sekiranya ia tak mampu menerangkannya secara tahu terhadap murid-murid."

3. "Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya telah diperluas, tak akan kapabel lagi hidup di didalam dunia nenek moyangnya."

4. "Kita kapabel menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya."

5. "Untuk dikala didiklah, berilah pelajaran kepada buah hati-buah hati perempuan kaum bangsawan: dari sinilah peradaban bangsa mesti diawali. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang mampu, cerdas, dan bagus. Karenanya mereka akan menyebarluaskan peradaban di pada bangsanya."

6. "Bahwa kebahagiaan perempuan yang paling tinggi, sejak berabad-abad yang langsung apalagi terhitung sampai ketika ini merupakan hidup seirama bersama laki-laki."

7. "Rampaslah segala harta benda aku, asalkan jangan pena aku."

8. "Pengajaran sekolah bagi buah hati-si kecil kepada ketika kini yakni hal yang awam sekali, melainkan jikalau jumlah si kecil raih 25 orang, bagaimana barangkali pendidikan yang sebaik-bagusnya itu mampu diusahakan bagi mereka segala? Orang tak berhak melahirkan buah hati jika dia tidak mampu menghidupinya."

9. "Apabila orang hendak sungguh-sungguh memajukan peradaban, karenanya kecerdasan pikiran dan pertumbuhan budi seharusnya sama-sama dimajukan."

10. "Yaitu suatu bantuan dan bantuan besar sekali bagi orang laki-laki jika perempuan berbudi tinggi dan terpelajar."

11. "Ketidaksetaraan perempuan ini pengaruh dari dikendalikannya akses perempuan untuk menerima ilmu supaya perempuan menjadi bodoh. Sehingga cara hanya satu adalah perempuan harus sekolah."

12. "Simpati itu bagi kami yakni kepuasan, energi, bantuan, kegembiraan, dan hiburan."

13. "Dan gadis-gadis lebih-lebih terlampau ada problem hidupnya, karena mereka sudah berada di tempat di mana alam setiap-setiap hari diperkosa. Bukankah itu memerkosa kodrat alam namanya, apabila perempuan patut tinggal bersama tenteram serumah bersama madunya?"

14. "Sungguh, buah hati bangsa itu sendiri, orang perempuan semestinya memperdengarkan suaranya! Masih akan dapatkah bersama tenang orang mengatakan 'situasi mereka baik' sekiranya orang melihat dan tahu semuanya, yang telah kami memandang dan kami ketahui itu?"

15. "Dan kepada pendidikan itu janganlah cuma akal yang dipertajam, tapi budi bahkan semestinya dipertinggi."

16. "Kalau kami menghendaki orang lain ikuti jejak kami, karenanya misal yang kami memberikan haruslah suatu hal yang berbincang-bincang, menyebabkan rasa takjub dan permohonan untuk mencontohnya."

17. "Kami buah hati-buah hati perempuan tak boleh membawa pendapat, kami patut terima dan menyetujui serta mengamini segala yang diakui bagus oleh orang lain."

18. "Banyak emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat, emansipasi merupakan pembuktian diri yang cocok pada raga yang tangguh, tapi hati selamanya tunduk. Emansipasi tersedia penerimaan. Penerimaan diri bahwa tiap-tiap daerah tersedia empu yang dikodratkan dan dipantaskan."

19. "Aku akan mendidik anak-buah hati aku, baik laki-laki maupun perempuan untuk saling memandang sebagai makhluk yang sama. Saya akan mengimbuhkan pengajaran yang mirip kepada mereka, pasti saja menurut bakatnya masing-masing, Lagi pula, aku bermaksud akan menghapuskan batas yang menggelikan pada laki-laki dan perempuan yang diwujudkan orang sedemikian cermatnya."

20. "Pendidikan untuk wanita terlampau penting didalam konteks menolong perannya sebagai istri dan ibu yang bercita-cita besar. Namun jikalau tidak benar kira dan menelantarkan buah hati-si kecilnya, bermakna mirip saja bersama membodoh lagi."

21. "Biarkan orang banyak itu bodoh, karenanya kekuasaan atas mereka tersedia di tangan kita! Kiranya demikian slogan lazimnya pembesar. Mereka tak bahagia memandang orang-orang lain terhitung idamkan ilmu dan kemajuan."

22. "Tidak harus penjelasan mengapa kemajuan kepandaian masyarakat Bumiputra tidak mampu pesat, jika didalam hal itu perempuan terbelakang. Setiap dikala kemajuan perempuan itu terbukti merupakan aspek penting didalam peradaban bangsa."

23. "Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kami berjabatan tangan dan bersamaan bekerja mengubah keadaan yang tidak terderita ini."

24. "Dalam tangan anaklah terletak era depan dan didalam tangan ibulah tergenggam si kecil yang yaitu era depan itu."

24. "Terampil itu tidak merupakan kebahagiaan untuk setiap-setiap orang. Celakalah apabila orang cakap berpikir tetapi tidak boleh; apabila orang cakap merasa, mampu dan berkeinginan, melainkan tak boleh. Lebih baik selamanya bodoh saja."

25. "Kami manusia, seperti halnya orang laki-laki. Aduh, kasihlah izin untuk membuktikannya. Lepaskan belenggu aku! Izinkan saya bertingkah dan aku akan menampakkan, bahwa aku manusia. Manusia seperti laki-laki."

26. "Kecerdasan otak saja tak bermakna seluruh-galanya. Mesti tersedia terhitung kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang erat terjalin bersama orang lain untuk mengantakan orang ke arah yang ditujunya. Di samping otak, terhitung hati seharusnya diberi pengarahan, seandainya tidak demikian peradaban tinggal permukaannya saja."

27. "Ikhtiar! Berjuanglah membolehkan diri. Sekiranya engkau sudah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah sanggup engkau bantu orang lain."

28. "Seandainya kami tak melacak pengetahuan, karenanya hidup kami tak akan bersuka cita dan kehidupan kami akan makin mundur."

29. "Karena kalau taraf hidup kesenian suatu bangsa tinggi, karenanya budi bangsa itu sendiri adalah suatu puisi."

30. "Habis gelap terbitlah terang."

31. "Tiada awan di langit yang selamanya selamanya. Tiada barangkali akan tetap terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa estetika. Kehidupan manusia mirip alam."

32. "Jangan bangkitkan cita-cita yang pasti akan mati. Janganlah hendak bercita-cita bila lebih pernah telah diketahui nanti akan bangun bersama teramat mengecewakan."

33. "Jangan kau katakan saya tak bisa, namun katakan aku berharap."

34. "Kami menduga kami tahu banyak sekali, namun sebenarnya kami tak tahu apa-apa. Kami mengira kami membawa kemauan, keinginan besi. Kami menduga kami cakap memindahkan gunung tapi buktinya hanya setitik air mata pedih, sekejap pandangan mata kesedihan cita dari mata yang kami sayangi dan patahlah kecakapan kami."

35. "Pergilah, bekerjalah untuk menghasilkan cita-citamu. Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang-orang tertindas oleh hukum yang lalim bersama tahu yang tak benar berkenaan benar dan salah, berkenaan baik dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah derita dan berjuanglah tapi bekerjalah untuk suatu hal yang kekal."

36. "Dalam hatinya karena perlawanan terhadap keadaan zaman, jiwanya menjadi matang. Dia tak akan, tidak berharap tunduk. Dia semestinya menempuh trek baru."

37. "Percayalah akan era depan."

38. "Para lanjut usia, jangan menolak semua yang baru. Ingatlah, bahwa semua yang kini sudah tua, terhitung pernah baru."

39. "Ketidaksetaraan inilah yang sebabkan ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi."

40. "Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan penat untuk mengusahakan bersemangat membela seluruh yang baik."

41. "Kami yakin, jika seseorang berani memulai, banyak yang akan meniru."

42. "Angkatan muda, tidak ada pandang laki-laki atau perempuan wajiblah terkait. Masing-masing secara sendiri-sendiri kapabel berbuat suatu hal untuk memajukan, tingkatkan derajat bangsa kami. Namun kalau kami bersatu, mempersatukan kemampuan kami, berprofesi bersama-sama, karenanya hasil bisnis kami akan lebih besar. Bersatu kami kukuh dan berkuasa."

43. "Kita sepatutnya hidup berbarengan dan untuk segala manusia. Tujuan hidup kami ialah sebabkan hidup lebih menawan."

44. "Sudah jauh dan lama kami mencari, dan kami tiadalah tahu, terlampau dekatnya, selamanya kepada kami barang yang kami cari itu, tersedia di didalam diri kami sendiri."

45. "Tindakan saya itu akan lebih banyak menarik hati orang sebangsa aku daripada seribu kata ajakan yang bersuka cita-bersuka ria."

46. "Bagaimana barangkali seorang pria dan wanita sanggup mencintai satu bersama yang lain dikala mereka baru bertemu pertama kali didalam kehidupan ini sesudah mereka terikat didalam pernikahan?"

47. "Kita menghendaki untuk dicintai--bukan ditakuti."

48. "Tiada hal yang lebih indah tidak sekedar mampu menerbitkan senyum di wajah mereka yang kami cinta."

49. "Ketika suatu jalinan berakhir, bukan bermakna orang stop saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti."

50. "Betapa ganjil telah ajaibnya rasa beri sayang itu: tak ingin dipaksa, tidak berkeinginan diikat di mana malah juga. Datang tanpa diundang, tidak dikira-sangka. Dan bersama sepatah kata saja, melainkan sepatah kata yang menjenguk jauh ke didalam kehidupan batin masing-masing. Jauh mengikat dua jiwa yang hingga sekarang belum mengetahui bersama ikatan-ikatan erat!"

51. "Maksud Yang kepada kami ialah baik. Hidup ini diberi kepada kami sebagai rahmat dan tak sebagai beban, kami manusia sendiri biasanya membuatnya menjadi kesengsaraan dan penderitaan."

52. "Agama harus menjaga kami dari tingkah laku dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama."

53. "Berkeinginan benar aku mengaplikasikan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah."

54. "Kedudukan ibu rohani lebih tinggi dari ibu lahiriah."

55. "Tugas manusia merupakan menjadi manusia."

56. "Harta paling suci di dunia merupakan hati laki-laki yang luhur."

57. "Banyak hal yang mampu menjatuhkanmu. Tapi cuma satu hal yang terlampau sanggup menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri."

58. "Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang singgah didalam hidupmu. Ilahi tidak pernah memberikannya, kamulah yang mengizinkannya datang."

59. "Teruslah bercita-cita, teruslah berangan-angan, bermimpilah sepanjang engkau sanggup berkhayal! Bila tak ada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sesungguhnya kejam."

60. "Tahukah engkau semboyanku? Saya Berharap! Dua patah kata yang ringkas itu telah sebagian kali menolong dan membawa saya melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tak bisa! Melenyapkan rasa berani. Kalimat "Saya Berharap!" sebabkan kami gampang mendaki puncak gunung."

61. "Lebih banyak kami maklum, lebih kurang rasa dendam didalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kami dan makin kokoh dasar rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia."

62. "Kadang, ada problem harus kau rasakan lebih-lebih dahulu sebelum akan kebahagiaan yang prima singgah kepadamu."

63. "Jangan pernah menyerah jikalau kau masih idamkan mencoba. Jangan biarkan penyesalan singgah karena kamu selangkah lagi untuk menang."

64. "Tak hiraukan seberapa keras kau mencoba, kau tak akan pernah sanggup membantah apa yang kau rasa. Apabila kau hakekatnya berharga di mata seseorang, tak tersedia alasan baginya untuk melacak seseorang yang lebih baik darimu."

65. "Adakah yang lebih hina, ketimbang bertumpu terhadap orang lain?"

66. "Karena tersedia bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula didalam hidup manusia. Sebab tersedia angan-angan gampang mati, kadangkala timbullah angan-angan lain, yang lebih total, yang boleh menjadikannya buah."

67. "Karena barang siapa tidak mampu merasakan sakit, dia terhitung kebal terhadap rasa gembira. Barang siapa tak menderita, tak terhitung cakap menikmati enak yang sebenarnya."

68. "Hanya orang-orang yang kuat hati dan pikirannya yang mampu bertahan didalam topan semacam itu, kapabel melawan kekejaman dan kekerasan dunia."

69. "Kesadaran si kecil-si kecil harus dibangunkan, bahwa mereka seharusnya mencukupi panggilan budi didalam masyarakat terhadap bangsa yang akan mereka kemudikan."

70. "Petani paling bagus tak akan memungut padi dari tanah yang tidak dikerjakannya lebih dulu, sebelum akan menebarkan benih dan menanam di situ! Tidak akan cakap terhitung ahli bangunan yang paling bagus mendirikan gedung tanpa fondasi!"

Isu lainnya berkenaan Hari Kartini